bahaya begadang
5. Bahaya Begadang Bagi Kesehatan Manusia
Sebagai olahraga paling diminati, sepakbola selalu mendapat
perhatian lebih dari penggemarnya. Kapan pun pertandingan sepak bola digelar,
bagi para penggila olahraga yang paling banyak diminati ini pasti akan
ditonton. Tak terkecuali jika kita harus menyaksikannya tengah malam. Atau di
saat seharusnya tengah beristirahat. Tapi karena kegemaran inilah, terkadang
kita akan memaksakan diri untuk menyaksikan pertandingan sepak bola,
ujung-ujungnya kita harus begadang hingga pagi hari.
Mungkin yang kita kenal gangguan akibat kurang tidur atau
terlalu banyak begadang bagi kesehatan yakni menjadi mudah ngantuk di siang
hari. Namun, sebenarnya dari beberapa penelitian diketahui banyak bahaya
lainnya dari begadang. Apa saja penyakit yang bisa ditimbulkan dari kurang
tidur atau banyak begadang tersebut, berikut spotlite merangkum nya untuk Anda.
1. Meningkatkan Gejala Stroke
Bahaya pertama dari begadang yakni meningkatkan gejala
stroke. Dari sebuah riset hasil penelitian dari Universitas Alabama di
Birmingham yang melibatkan 5666 responden berusia 45 tahun ke atas, kuantitas
tidur yang kurang dari enam jam menjadi salah satu pemicu gejala stroke.
Dalam penelitian yang di pantau perkembangannya selama tiga
tahun, para responden tidak memiliki riwayat stroke, serangan isemik transien,
gejala stroke atau resiko tinggi terkait sleep apnea. Dan hasil penelitian
menunjukkan, mereka yang punya kebiasaan tidur kurang dari enam jam setiap hari
memeiliki resiko lebih tinggi mengidap stroke dibanding responden lain yang
tidurnya cukup, atau lebih dari enam jam.
Bahkan resiko stroke di antara peserta yang tidur kurang
dari enam jam, tercatat lebih tinggi empat kali lipat, dibandingkan dengan
mereka yang bisa tidur antara tujuh hingga delapan jam. Resiko tersebut juga
berlaku bagi mereka yang memiliki indeks massa tubuh normal, atau tidak
memiliki riwat hidup stroke.
Menurut pimpinan studi, Megan Ruiter Phd, durasi tidur yang
pendek menjadi pemicu faktor-faktor resiko stroke lainnya. Ketika faktor resiko
stroke lainnya datang, mereka yang durasi tidurnya singkat menjadi lebih kuat
terserang.
Namun Ruiter menginformasikan bahwa kurangnya durasi tidur,
terutama yang sudah kecanduan begagadang, bisa dimodifikasi lewat terapi
kognitif.salah satunya cara tercepat dengan pemberian obat. Temuan ini menjadi
dasar dalam penggunaan terapi tidur dalam mencegah perkembangan stroke. Hasil
dari penelitian ini dipublikasikan oleh Ruiter dalam pertemuan tahunan
Associated Profesional Sleep Societies di Boston.
2. Picu Hipertensi
Hipertensi yakni kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis. Dan hipertensi juga menjadi gejala awal lahirnya
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis. Dan salah satu pemicu dari hipertensi
adalah begadang.
Sebuah riset terbaru mengindikasikan orang-orang dengan
gejala insomnia memiliki kemungkinan hipertensi. Riset tersebut dilakukan para
ilmuan Henry Ford Hospital, Detroit. Menurut peneliti jumlah penderita
hipertensi lebih besar terjadi pada orang dengan masalah insomnia, atau
gangguan tidur dibanding dengan mereka yang tidur normal. Menurut Christoper
Drake, dari Ford Hospital Sleep Disorders and Research Center dan peneliti
utama studi ini, penyebab hipertensi pada penderita insomnia, karena beberapa
kali mereka sering terbangun di malam hari dan juga mereka butuh waktu untuk
bisa tidur kembali. Bahkan mereka juga butuh waktu panjang untuk bisa
bertransisi mulai dari terjaga penuh hingga tertidur.
Dalam penelitian lebih lanjut yang dilakukan pusat nasional
untuk penelitian gangguan tidur di National Institutes of Health, sekitar 30
sampai 40 persen orang dewasa memiliki gejala insomnia, dan sekitar 10 sampai
15 persen orang dewasa menderita insomnia kronis. Dampaknya hipertensi semakin
parah. Hasil penelitian tersebut juga dibahas secara khusus dalam pertemuan
tahunan Associated Profesional Sleep Societies di Boston.
3. Picu Diabetes
Dampak negatif dari sering bergadang lainnya yakni terkena
resiko diabetes. Penemuan tersebut juga merupakan hasil sebuah riset yang
dilakukan para ilmuwan dari Brigham and Women Hospital di Boston. Dari
penelitian ditemukan jadwal tidur yang tidak konsisten atau kurang tidur dapat
meningkatakan resiko diabetes tipe 2.
Dalam kajian
tersebut, peneliti memantau 21 orang sehat yang semuanya tinggal di
lobaratorium, tidur selama hampir enam minggu. Selama dalam penelitian siklus
tidur, pola makan dan kegiatan semuanya dikontrol oleh tim peneliti. Temuan
menunjukkan, peserta yang hanya diperbolehkan tidur sekitar enam jam semalam
dan mengalami pergeseran siklus tidur dan banngun memiliki tingkat gula yang
lebih tinggi dan proses metabolisme cenderung melambat.
Namun menurut kepala Endokrinologi dari Tulane University
School of Medicine, Dr Vivian Fonseca, selain hal temuan di atas, banyak hal
yang berperan terkait hubungan atara kurang tidur dan obesitas. Studi terbaru
menunjukkan bahwa kadar hormon dalam tubuh seseorang cenderung mengalamai
penurunan akibat kurang tidur. Hal itulah yang bisa membantu menjelaskan kenapa
mereka yang terlalu banyak begadang sangat rentan mengalam obesitas. Namun
Fonseca mengajak para peneliti mencari tahu apakah solusi untuk mencegah
kenaikan resiko diabetes selain dengan tidur lebih banyak. Semua hasil temuan
tersebut pernah dipublikasikan pada 11 April 2012 dalam jurnal Science
Translation Medicine.
4. Perburuk Gangguan Telinga Berdengung
Masih ada dampak lainnya yang akan dialami oleh mereka yang
ternyata mengalami insomnia akibat terlalu sering begadang. Dalam riset terbaru
dijelaskan dampak negatif yang bisa menyerang mereka yang kurang tidur yakni
memperberat kondisi penderita tinnitus, yaitu gejala di mana telinga atau
kepala terasa sering berdengung.
Hasil kajian peneliti di Amerika yang melibatkan hampir 117
pasien tinnitus yang tengah menjalani perawatan di Henry Ford Hospital di
Detroit, antara tahun 2009 hingga 2011 ditemukan, semakin parah gejala insomnia
maka semakin besar keluhan gejala tinnitus, serta semakin buruk gangguan emosi.
Dijelaskan salah seorang peneliti yang memimpin Departemen THT di Henry Ford
Hospital, Dr Kathleen Yaremchuk, keluhan tidur, termasuk insomnia pada pasien
tinnitus dapat mengakibatkan penurunan toleransi untuk penyakit mereka.
Saat ini dari 36 juta orang Amerika memiliki tinnitus.
Beberapa penyebab yang sudah ditemukan sebelumnya yakni suara yang keras,
kotoran di telinga, sinus dan infeksi telinga, cidera kepala dan leher, serta
gangguan penyakit lyme, fibromyalgia. Semua gejala tersebut dilengkapi dengan
terlalu banyak begadang sehingga tinnitus semakin akut.
5. Kegemukan
Dampak negatif terakhir dari terlalu banyak begadang, atau
terkena insomnia yakni kegemukan, atau obesitas. Sebelumnya banyak dari kita
salah menafsirkan kalau terlalu sering begadang akan membuat tubuh menjadi
kurus. Padahal sebaliknya dengan teralu banyak begadang, obesitas akan dengan
cepat menyerang kita.
Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Archives of
Disease in Childhood. Saat seseorang tidak mendapat cukup istirahat,
pembentukan glukosa menjadi lebih cepat dan akhirnya muncul diabetes dan di
saat bersamaan kurang tidur akan menambah rasa lapar yang berujung pada
peningkatan nafsu makan.
Kondisi akan diperparah karena kurang tidur membuat tubuh
merasa lelah dan lemas, akibatnya aktivitas fisik yang seharusnya dilakukan
siang hari menjadi berkurang. Padahal aktivitas pada siang hari akan membuat
pembakaran lemak lebih maksimal. Sebaliknya karena aktivitas kurang termasuk
olahraga akan memicu berat badan naik lebih cepat.
Kandungan asap rokok
Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau 'komponen
asap,' juga disebut sebagai 'emisi asap.' Komponen asap yang paling luas
dikenal adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain zat-zat ini,
hingga saat ini lebih dari 7,000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam
asap rokok. Dinas kesehatan masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 komponen
asap sebagai kemungkinan penyebab penyakit yang terkait dengan merokok, seperti
kanker paru, penyakit jantung, dan emfisema.
Komponen asap diukur menggunakan mesin laboratorium. Pada
saat ini metode pengujian yang berstandar dan tervalidasi secara internasional
hanya tersedia untuk beberapa komponen asap saja, yaitu tar, nikotin, dan
karbon monoksida.
Kadar Tar, Nikotin, dan Karbon Monoksida
Kebanyakan perokok sudah mengenal tar, nikotin, dan karbon
monoksida karena banyak pemerintah yang mengharuskan produsen untuk mengukur
komponen-komponen ini untuk setiap merek rokok dan mencantumkan hasilnya pada
kemasan rokok.
Tar
Tar bukanlah komponen asap yang spesifik, melainkan mengacu
kepada partikel-partikel asap yang terukur dalam metode pengujian mesin.
Partikel-partikel ini terbuat dari banyak komponen asap, termasuk beberapa
komponen yang diyakini oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai kemungkinan
penyebab penyakit terkait-merokok seperti kanker paru.
Nikotin
Nikotin adalah zat kimia yang terkandung secara alami dalam
tanaman tembakau. Apabila tembakau dibakar, nikotin berpindah ke dalam asap.
Nikotin dikenal oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai zat yang menimbulkan
kecanduan dalam asap tembakau.
Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang terbentuk dalam asap rokok.
Karbon monoksida dikenal sebagai penyebab utama penyakit kardiovaskuler
(penyakit jantung) pada perokok.
Komponen Asap Lainnya
Ribuan komponen asap lainnya telah diketahui terkandung
dalam asap rokok. Selain nikotin dan karbon monoksida, otoritas kesehatan
masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 di antaranya sebagai kemungkinan
penyebab penyakit terkait-merokok. Sebagian dari komponen ini adalah arsenik,
benzena, benzo[a]pirena, logam berat (timbel, kadmium), hidrogen sianida, dan
nitrosamina khusus tembakau.
nama: Fiqry febriandri
kelas: 2ka36
npm: 12112964
Tidak ada komentar:
Posting Komentar